Dalam perspektif Sigmund Freud, tokoh utama dalam psikoanalisis, budaya (culture/civilization) dipahami sebagai produk dari konflik antara naluri dasar manusia (terutama dorongan seksual dan agresif) dan tuntutan masyarakat akan keteraturan, norma, serta moralitas. Pemikiran ini banyak dituangkan dalam karya monumentalnya “Civilization and Its Discontents” (1930).
ð§ Konsep Utama Budaya Menurut Freud:
-
Naluri vs. Norma: Manusia memiliki dorongan naluriah (id) yang bertentangan dengan aturan budaya yang diwakili oleh superego. Budaya muncul sebagai cara untuk menekan, mengatur, atau menyalurkan dorongan tersebut agar kehidupan sosial menjadi mungkin.
-
Represi (penekanan): Budaya menuntut individu menekan dorongan-dorongan primitif demi kepentingan bersama. Represi ini menciptakan ketegangan dalam diri manusia.
-
Sumber Ketidakbahagiaan: Freud melihat bahwa semakin kompleks budaya, semakin besar tuntutan untuk menahan naluri, dan akibatnya justru dapat membuat manusia merasa tertekan atau tidak bahagia.
-
Agama dan Moralitas: Dalam pandangan Freud, sistem kepercayaan dan nilai-nilai budaya (seperti agama) adalah bentuk sublimasi โ cara simbolik untuk mengontrol dorongan manusia.
ð Budaya Sebagai Mekanisme Sosial-Psikologis:
Menurut Freud, budaya bukan hanya seperangkat tradisi atau karya manusia, tetapi sebuah mekanisme sosial-psikologis yang menjaga manusia dari kekacauan naluriah. Namun, ketertiban ini datang dengan harga: pengorbanan kebebasan individu dan ketegangan batin yang terus-menerus.
ð§¾ Kesimpulan:
Dalam pandangan Sigmund Freud, budaya adalah hasil dari perjuangan batin manusia โ antara dorongan instingtif dan kebutuhan untuk hidup dalam masyarakat yang teratur. Budaya membawa ketertiban, tetapi juga menciptakan konflik internal yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia modern.