ABSTRAK
Terapi radiasi (RT) merupakan bagian penting dari perawatan kanker yang sering kali disertai dengan meningkatnya kecemasan, depresi, dan berkurangnya kepuasan hidup. Meskipun intervensi psiko-onkologis (PO) dan dukungan sosial dapat meringankan tekanan, tidak jelas apakah keinginan pasien untuk intervensi PO mencerminkan tekanan sementara atau berkelanjutan dan apakah semua pasien mendapat manfaat dari dukungan sosial atau hanya mereka yang mencari bantuan. Dalam studi ini kami memeriksa apakah keinginan untuk intervensi PO selama awal RT memprediksi kecemasan, depresi, dan kepuasan hidup pada awal dan akhir RT dan apakah dukungan sosial yang dirasakan memoderasi efek ini. Seratus empat puluh enam pasien menyelesaikan kuesioner pada tiga titik waktu (pra-perawatan, perawatan pertama, dan perawatan terakhir). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menginginkan intervensi PO melaporkan kecemasan dan depresi yang lebih tinggi pada awal dan akhir RT. Dukungan sosial yang dirasakan lebih tinggi memprediksi depresi yang lebih rendah dan peningkatan kepuasan hidup tetapi hanya untuk pasien yang menyatakan keinginan untuk intervensi PO. Skrining untuk tekanan psikologis merupakan standar dalam onkologi tetapi sering kali dibatasi oleh waktu dan sumber daya selama RT. Temuan studi terkini menunjukkan bahwa satu pertanyaan sederhana di awal RT dapat mengidentifikasi pasien yang berisiko, sehingga memungkinkan intervensi proaktif. Selain itu, menumbuhkan persepsi dukungan sosial dapat membantu mengurangi dampak negatif jika tidak ada intervensi profesional.
1 Pendahuluan
Banyak pasien mengalami tekanan psikologis yang terkait dengan diagnosis kanker dan proses pengobatan mereka (Curran et al. 2017 ; Wang et al. 2020 ). Selama pengobatan kanker, hingga dua pertiga pasien, di beberapa titik dalam lintasan penyakit mereka, akan menerima terapi radiasi (RT) sebagai bagian penting dari rencana pengobatan mereka. Tujuan RT termasuk menyembuhkan penyakit, memperpanjang hidup, atau meringankan gejala (Chandra et al. 2021 ). Namun, RT sering kali memiliki efek negatif pada pasien kanker, yang mengarah pada tantangan fisik jangka panjang seperti nyeri dan penurunan fungsi, serta tekanan emosional yang signifikan (Dilalla et al. 2020 ). Secara khusus, RT dikaitkan dengan peningkatan kecemasan, depresi, dan kepuasan hidup yang berkurang (Mungase et al. 2021 ). Tingkat tekanan yang tinggi ini memerlukan perhatian klinis, karena hingga 25% pasien menghentikan pengobatan RT mereka karena tantangan emosional (Clover et al. 2011 ).
Bukti menunjukkan bahwa intervensi psiko-onkologi (PO) secara efektif mengurangi tekanan, namun hanya sebagian kecil pasien yang mencari dukungan PO. Jika mereka mencarinya, biasanya pada awal proses RT (Guo et al. 2013 ; Holland 2018 ; Sanjida et al. 2018 ). Mengingat tingkat tekanan dan kepuasan hidup berfluktuasi secara signifikan selama RT (Hess dan Chen 2014 ), tidak jelas apakah keinginan awal pasien untuk intervensi PO memprediksi tingkat tekanan mereka selama pengobatan atau hanya mencerminkan tekanan sementara yang dialami di awal RT.
Intervensi PO bukan satu-satunya bentuk dukungan yang efektif bagi pasien yang menjalani RT. Persepsi pasien terhadap dukungan sosial dari keluarga, teman, dan profesional perawatan kesehatan (misalnya, perawat, ahli onkologi, dan terapis radiasi) memainkan peran penting dalam membantu mereka mengatasi kanker, mengurangi tekanan, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan (Cohen dan McKay 2020 ; Fong et al. 2017 ; Riedl et al. 2018 ). Namun, efektivitas dukungan sosial yang dirasakan bergantung pada seberapa baik dukungan tersebut selaras dengan kebutuhan aktual pasien dan keinginan untuk mendapatkan bantuan (Zee et al. 2020 ).
Oleh karena itu, kami punya dua tujuan dalam studi terkini: (1) untuk menyelidiki apakah keinginan pasien agar diintervensi PO akan dikaitkan dengan tekanan yang lebih besar (gejala kecemasan dan depresi) dan tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah di awal perawatan RT dan di akhir perawatan, dan (2) untuk menguji apakah dukungan sosial yang dirasakan akan menjadi faktor yang lebih penting dalam memprediksi berkurangnya tekanan dan peningkatan kepuasan hidup, di akhir RT, bagi pasien yang menginginkan intervensi PO (memiliki keinginan lebih besar untuk mendapatkan pertolongan) dibandingkan dengan mereka yang tidak menginginkannya.
1.1 Kecemasan, Depresi, dan Kepuasan Hidup Selama RT
Telah terdokumentasi dengan baik bahwa 30%−49% pasien yang menghadiri janji temu RT mengalami kecemasan dan tekanan (Hess dan Chen 2014 ; Shankar et al. 2016 ). Mereka juga sering mengalami penurunan kepuasan hidup, indikator utama kesejahteraan dan kualitas hidup pada pasien kanker (Chambers et al. 2017 ; Kovyazina et al. 2021 ; Polański et al. 2020 ). Beberapa penelitian telah meneliti lintasan kecemasan dan depresi pada pasien kanker yang menjalani RT. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan biasanya paling tinggi sebelum dimulainya RT dan cenderung menurun selama pengobatan (Burns et al. 2022 ). Sebaliknya, gejala depresi dapat bertahan selama periode pengobatan dan bahkan berbulan-bulan setelah pengobatan berakhir (Chen et al. 2020 ; Hess dan Chen 2014 ). Meskipun kepuasan hidup umumnya menurun karena dampak negatif kanker, aspek tertentu dapat membaik seiring waktu (Fernández-Sánchez et al. 2024 ).
Distres emosional selama RT dapat mengurangi kepatuhan pengobatan, memperpanjang rawat inap, dan memperburuk efek fisik kanker (Rangarajan dan Jayaraman 2017 ). Faktor-faktor yang berkontribusi meliputi risiko radiasi yang dirasakan, pengalaman berbaring sendiri di bawah mesin besar, kebutuhan untuk tetap diam selama pengobatan, dan kekhawatiran tentang efek samping seperti kelelahan, perubahan kulit, dan mual (Nayak et al. 2022 ).
Meskipun tekanan emosional umum terjadi pada pasien kanker yang menjalani RT, hal itu bukan sesuatu yang tak terelakkan. Intervensi PO telah terbukti efektif dalam mengurangi tekanan pada pasien ini (Guo et al. 2013 ; Holland 2018 ; Sanjida et al. 2018 ). Akan tetapi, tidak semua pasien yang tertekan mencari intervensi PO. Masih ada kebutuhan untuk mengklarifikasi hubungan antara keinginan pasien untuk intervensi PO dan tingkat tekanan serta kepuasan hidup mereka, khususnya pada berbagai tahap RT (Parmet et al. 2023 ).
1.2 Keinginan untuk Intervensi PO
Persentase pasien kanker yang menyatakan keinginan untuk intervensi PO guna mengatasi masalah psikososial terkait diagnosis dan pengobatan mereka berkisar antara 13% hingga 60% di berbagai penelitian (Baker-Glenn et al. 2011 ; Faller et al. 2016 ; Schulze et al. 2022 ). Secara khusus, penelitian yang dilakukan selama RT menemukan bahwa 13%−25% pasien ingin menerima intervensi PO (Adeberg et al. 2021 ; Riedl et al. 2018 ).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa pasien kanker yang menginginkan intervensi PO melaporkan tingkat tekanan emosional yang lebih tinggi (misalnya, Admiraal et al. 2020 ; Baker-Glenn et al. 2011 ; Bergerot et al. 2021 ). Misalnya, sebuah penelitian yang melibatkan 1340 pasien kanker menemukan bahwa 66% tidak mencari rujukan dukungan PO, tetapi mereka yang melakukannya secara signifikan lebih tertekan (Admiraal et al. 2020 ). Demikian pula, dalam penelitian lain, hubungan sederhana diamati antara keinginan untuk intervensi PO dan tingkat keparahan kecemasan dan depresi pada 128 pasien kanker (Baker-Glenn et al. 2011 ). Bergerot et al. ( 2021 ) juga mengidentifikasi hubungan yang signifikan antara permintaan bantuan PO dan tekanan yang dilaporkan. Namun, dalam beberapa penelitian tidak ditemukan hubungan antara tingkat tekanan pasien dan keinginan mereka untuk intervensi PO (Brebach et al. 2016 ; Clover et al. 2011 ; Merckaert et al. 2010 ; Tondorf et al. 2018 ).
Dalam konteks spesifik RT, hubungan antara keinginan untuk intervensi PO dan tekanan serta kepuasan hidup yang dilaporkan pasien kurang dieksplorasi secara menyeluruh (Riedl et al. 2018 ). Karena tingkat tekanan dan kepuasan hidup dapat berfluktuasi selama RT (Hess dan Chen 2014 ), penting untuk menentukan apakah keinginan untuk intervensi PO secara konsisten berkorelasi dengan tekanan dan kepuasan hidup pada berbagai tahap perawatan. Selain itu, penting untuk menilai apakah keinginan awal untuk intervensi PO memprediksi tekanan dan kepuasan hidup selama RT atau hanya mencerminkan tekanan awal dan kepuasan hidup yang berkurang yang umumnya diamati pada awal perawatan.
Jika pasien yang menginginkan intervensi PO benar-benar mengalami tekanan yang lebih besar dan kepuasan hidup yang lebih rendah dari waktu ke waktu, penyelidikan lebih lanjut ke dalam sumber daya dukungan tambahan sangat penting. Dukungan yang dirasakan dari keluarga, teman, dan profesional perawatan kesehatan (misalnya, ahli onkologi, perawat, dan terapis radiasi) dapat memainkan peran penting dalam mengurangi tekanan dan meningkatkan kesejahteraan (Riedl et al. 2018 ). Dukungan yang dirasakan seperti itu sangat penting selama RT, karena hubungan dengan keluarga dan teman mungkin menghadapi ketegangan selama perawatan dan pemulihan kanker (Fong et al. 2017 ). Selain itu, pasien RT sering melaporkan defisit dalam dukungan sosial yang dirasakan, yang menggarisbawahi perlunya intervensi psikososial yang komprehensif (Riedl et al. 2018 ).
1.3 Dukungan Sosial yang Dirasakan
Dukungan sosial yang dipersepsikan didefinisikan sebagai penilaian subjektif tentang dicintai, dihargai, dan terhubung dalam suatu jaringan, serta memiliki akses ke bantuan emosional dan praktis dari keluarga, teman, dan komunitas (Wills 1998 ). Konsep ini menekankan keyakinan bahwa kepercayaan dalam hubungan interpersonal yang dekat dan bermakna berfungsi sebagai sumber daya penting untuk kesejahteraan emosional (Taylor 2011 ). Bukti menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial yang tersedia merupakan prediktor yang lebih kuat dari hasil kesehatan yang positif daripada penerimaan dukungan yang sebenarnya, karena dukungan eksplisit terkadang dapat merusak upaya penanggulangan penerima (Haber et al. 2007 ).
Dukungan sosial yang dirasakan dianggap sebagai sumber daya penanggulangan yang penting selama masa sakit, berfungsi sebagai mekanisme penyangga stres (Cohen dan McKay 2020 ). Dukungan tersebut telah terbukti meningkatkan kepuasan hidup dan mengurangi kecemasan dan depresi di antara pasien kanker (Gonzalez-Saenz de tejada et al. 2017 ; Sayılan dan Doğan 2020 ; Zamanian et al. 2021 ). Selain itu, dukungan sosial yang dirasakan dilaporkan memiliki efek perlindungan terhadap perkembangan tekanan selama perawatan kanker (Usta 2012 ).
1.4 Studi Saat Ini
Dalam penelitian ini, kami memiliki dua tujuan utama. Pertama, kami berusaha untuk menyelidiki apakah keinginan awal pasien untuk intervensi PO di awal perawatan RT akan memprediksi tingkat tekanan dan kepuasan hidup mereka pada saat permintaan intervensi PO, serta seiring berjalannya waktu, khususnya di akhir perawatan RT. Tujuan kedua adalah untuk memeriksa interaksi antara keinginan awal pasien RT untuk intervensi PO dan tingkat dukungan sosial yang mereka rasakan dalam memprediksi tekanan dan kepuasan hidup di akhir RT.
Pasien RT merasakan dukungan dari berbagai sumber, termasuk anggota keluarga dekat, teman sebaya, dan staf spesialis yang memberikan perawatan selama perawatan radiasi. Anggota staf ini termasuk ahli onkologi radiasi, terapis radiasi, perawat, fisikawan medis, dan profesional perawatan kesehatan lainnya (Arnold et al. 2021 ). Penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial paling efektif jika sejalan dengan kebutuhan khusus penerima, seperti keinginan mereka untuk mendapatkan bantuan (Zee et al. 2020 ).
Tujuan tambahan dari studi saat ini adalah untuk menyelidiki apakah dukungan sosial yang dirasakan akan lebih bermanfaat dalam memprediksi berkurangnya tekanan dan meningkatnya kepuasan hidup di kalangan pasien yang menyatakan keinginan untuk intervensi PO (menunjukkan kebutuhan yang lebih besar untuk bantuan dan dukungan) dibandingkan dengan mereka yang tidak menyatakan keinginan seperti itu.
2 Metode
2.1 Desain Penelitian dan Populasi
Studi terkini merupakan bagian dari investigasi longitudinal dan prospektif berskala besar mengenai penanganan psikologis di antara pasien yang menjalani RT. Populasi sasaran terdiri dari pasien rawat jalan kanker yang dirawat di Departemen Radiologi di Rumah Sakit Assuta Ashdod di Israel.
Pasien yang memenuhi syarat direkrut antara Januari 2022 dan September 2023 dari 1.862 pasien yang dirawat setiap hari di departemen radiasi selama periode perawatan sekitar tiga hingga 6 minggu. Kriteria eksklusi meliputi pasien yang bahasa ibunya bukan bahasa Ibrani, mereka yang memiliki total durasi perawatan kurang dari 2 minggu (setidaknya 10 fraksi perawatan, yaitu dosis radiasi), dan mereka yang tidak dapat mengisi kuesioner karena fungsi fisik mereka.
Dari 223 pasien yang memenuhi syarat yang diundang untuk ikut serta dalam penelitian ini, 66 menolak (29,6%), sehingga jumlah sampel akhir menjadi 146 pasien (tingkat rekrutmen 58,7%). Persetujuan untuk penelitian ini diperoleh dari dewan peninjau rumah sakit. Terapis radiasi mendatangi semua pasien yang memenuhi syarat, menjelaskan tujuan penelitian, dan mengundang mereka untuk menjadi sukarelawan. Persetujuan yang diberikan secara sadar diperoleh dari para peserta sebelum mereka diikutsertakan.
2.2 Prosedur Studi
Peserta menyelesaikan kuesioner laporan diri pada tiga titik waktu:
- Waktu 1 (Persiapan Pra-Perawatan): Pada hari simulasi (persiapan pra-perawatan), peserta menyelesaikan Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit (HADS) dan skala kepuasan hidup. Mereka juga ditanya, “Apakah Anda ingin menjadwalkan sesi dengan psikolog?” (ya/tidak). Permintaan intervensi PO pasien dibagikan kepada staf PO di departemen RT.
- Waktu 2 (Fraksi Radiasi Pertama): Peserta menyelesaikan skala dukungan sosial.
- Waktu 3 (Akhir Kursus RT): Pada akhir RT (sekitar tiga hingga 6 minggu setelah perawatan pertama), peserta sekali lagi menyelesaikan skala HADS dan kepuasan hidup.
2.3 Retensi Peserta
Dari 146 peserta awal, 32 orang menghentikan partisipasi mereka pada Waktu 2 atau Waktu 3, sehingga tingkat putus sekolah mencapai 21,9%. Pada akhirnya, 114 peserta menyelesaikan ketiga putaran kuesioner.
2.4 Instrumen
2.4.1 HADS
HADS digunakan untuk menilai gejala depresi dan kecemasan di antara peserta studi. Instrumen ini telah divalidasi dalam beberapa studi, termasuk studi yang dilakukan dengan pasien rawat inap di fasilitas perawatan sekunder dan pasien kanker (Naser et al. 2021 ). HADS terdiri dari 14 item, masing-masing dinilai pada skala Likert 4 poin, dengan respons berkisar dari 0 ( tidak sama sekali ) hingga 3 ( sebagian besar waktu ), tergantung pada item spesifiknya.
Skor yang lebih tinggi menunjukkan keparahan gejala yang lebih besar pada masing-masing subskala. Koefisien α Cronbach untuk subskala depresi adalah 0,77 pada Waktu 1 dan 0,80 pada Waktu 3. Untuk subskala kecemasan, koefisien α Cronbach adalah 0,82 pada Waktu 1 dan 0,88 pada Waktu 3.
2.4.2 Skala Kepuasan Hidup (SWLS)
Kepuasan hidup diukur menggunakan SWLS, yang dikembangkan oleh Diener dan rekan-rekannya (Diener et al. 1985 ). Skala ini mencakup lima item yang dinilai pada skala Likert 7 poin, mulai dari 1 ( sangat tidak setuju ) hingga 7 ( sangat setuju ). Skor kepuasan hidup total dihitung dengan merata-ratakan respons terhadap lima item. Koefisien reliabilitas Cronbach’s α untuk SWLS adalah 0,85 pada Waktu 1 dan 0,87 pada Waktu 3.
2.5 Skala Multidimensi Dukungan Sosial yang Dirasakan (MSPSS)
Dukungan sosial yang dirasakan diukur melalui penggunaan MSPSS (Zimet et al. 1988 ). Skala tersebut mencakup 12 item yang menggambarkan dukungan yang dirasakan dari keluarga, teman, dan orang penting lainnya (misalnya, “Saya dapat membicarakan masalah saya dengan keluarga saya”; “Teman-teman saya benar-benar mencoba membantu saya”). Item-item tersebut diberi peringkat pada skala Likert 7 poin, mulai dari 1 ( sangat tidak setuju ) hingga 7 ( sangat setuju ). Dalam studi saat ini, tiga subskala empat item digunakan: dukungan keluarga (misalnya, “Saya dapat membicarakan masalah saya dengan keluarga saya.”), dukungan teman (misalnya, “Saya dapat mengandalkan teman-teman saya ketika saya memiliki masalah.”), dan adaptasi subskala dukungan dari orang penting lainnya untuk dukungan dari staf radioterapi (“Ada seseorang di departemen radioterapi yang membantu saya ketika saya membutuhkannya”). Koefisien α Cronbach untuk total dukungan sosial yang dirasakan adalah 0,84.
2.6 Data Demografi dan Klinis
Data demografi meliputi usia, jenis kelamin, tahun pendidikan, dan status keluarga peserta. Data klinis, yang diperoleh dari catatan medis, meliputi hal-hal berikut:
- Jenis dan stadium tumor
- Operasi pengangkatan tumor (ya/tidak)
- Kemoterapi (ya/tidak)
- Skala Kinerja Karnofsky (KPS): Ukuran gangguan fungsional yang berkisar antara 0 hingga 100, dengan skor yang lebih rendah menunjukkan hasil kelangsungan hidup yang lebih buruk untuk penyakit yang parah.
- Jumlah sesi radiasi
- Riwayat kanker dalam keluarga
- Adanya penyakit penyerta
2.7 Analisis Data
Pertama, karakteristik demografi dan klinis dasar dari dua kelompok pasien—mereka yang menginginkan intervensi PO (kelompok PO) dan mereka yang tidak menginginkan intervensi PO (kelompok non-PO)—dianalisis.
Kedua, untuk menguji perbedaan antara kedua kelompok tersebut terkait variabel penelitian sambil mengendalikan kesalahan Tipe I, dua analisis varians multivariat (MANOVA) dilakukan dengan kelompok pasien (PO vs. non-PO) yang berfungsi sebagai variabel independen:
1.
Pada MANOVA pertama, variabel dependennya adalah kecemasan, depresi, dan kepuasan hidup pasien pada Waktu 1 (T1) dan dukungan yang dirasakan pada Waktu 2 (T2).
2.
Pada MANOVA kedua, variabel dependennya adalah kecemasan, depresi, dan kepuasan hidup pasien pada Waktu 3 (T3).
Berikutnya, korelasi Pearson dilakukan untuk memeriksa hubungan antara variabel demografi berkelanjutan (usia pasien, tahun pendidikan, stadium kanker, dan jumlah perawatan RT) dan variabel penelitian (kecemasan, depresi, dan kepuasan hidup pada T1 dan T3, serta dukungan yang dirasakan).
Selanjutnya, tiga analisis regresi hierarkis ganda dilakukan untuk menyelidiki apakah kelompok PO, dukungan sosial, dan interaksi mereka memprediksi kecemasan, depresi, dan kepuasan hidup pasien pada T3, melampaui tingkat yang sesuai pada T1. Untuk analisis ini:
1.
Regresi pertama menggunakan kecemasan pasien pada T3 sebagai variabel kriteria.
2.
Regresi kedua menggunakan depresi pasien pada T3 sebagai variabel kriteria.
3.
Regresi ketiga menggunakan kepuasan hidup pasien pada T3 sebagai variabel kriteria.
Akhirnya, untuk menguji peran moderasi dari keinginan untuk kelompok intervensi PO dalam hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan, depresi, dan kepuasan hidup pasien pada T3 (mengendalikan level pada T1), tiga model moderasi diuji menggunakan Model 1 dalam PROCESS v3.5 (Hayes 2018 ). Pendekatan ini mengidentifikasi efek langsung dan tidak langsung. Analisis moderasi menggunakan metode bootstrapping dengan estimasi keyakinan yang dikoreksi bias (Preacher dan Hayes 2008 ). Dalam studi ini, interval keyakinan 95% untuk efek tidak langsung dibuat menggunakan 5000 resamples bootstrap.
3 Hasil
3.1 Karakteristik Sampel
Karakteristik dasar dari dua kelompok pasien, PO (50% dari peserta) dan non-PO, disajikan dalam Tabel 1. Hanya satu peserta yang menerima perawatan psikologis di akhir RT. Dalam kelompok PO, usia pasien berkisar antara 36 hingga 77 tahun, usia rata-rata mereka adalah 56,17 tahun (SD = 8,15), rata-rata tahun pendidikan mereka adalah 14,73 tahun (SD = 3,47), dan rata-rata jumlah fraksi perawatan radiasi mereka adalah 13,67 (SD = 5,29). Dalam kelompok non-PO, usia berkisar antara 34 hingga 75 tahun, usia rata-rata mereka adalah 52,72 tahun (SD = 8,49), rata-rata tahun pendidikan mereka adalah 14,58 tahun (SD = 3,39), dan rata-rata jumlah fraksi perawatan radiasi mereka adalah 13,75 (SD = 4,99). Mayoritas pasien di kedua kelompok adalah wanita, lajang atau menikah. Mengenai karakteristik klinis, jenis kanker yang paling umum pada kedua kelompok adalah kanker payudara dan stadium kanker yang paling umum adalah 1 (60,4%). Bagi sebagian besar pasien, skor KPS tinggi (indeks Karnofsky 95), dan sebagian besar pasien memiliki riwayat kanker dalam keluarga. Sebagian besar pasien tidak diobati dengan kemoterapi (63,1%). Dari pasien, 46,4% memiliki komorbiditas, sebagian besar dengan hipertensi dan diabetes.
Karakteristik | Grup PO M (SD) | Grup M non-PO (SD) | P |
---|---|---|---|
Usia | 55.39 (11.30) | 56,00 (11,90) | 0,765 tahun |
Tahun pendidikan | 14.73 (3.74) | 14.58 (3.39) | 0.805 |
Jumlah perawatan radiasi | 13.67 (5.29) | 13.75 (4.99) | 0,938 |
Karakteristik | Grup PO n (%) | Kelompok non-PO n (%) | P |
---|---|---|---|
Jenis kelamin | 0.142 | ||
Pria | 3 (4,5%) | 8 (12,1%) | |
Perempuan | 59 (89,4%) | 58 (87,9%) | |
Status keluarga | 0.249 | ||
Lajang | 25 (37,9%) | 22 (33,3%) | |
Telah menikah | 24 (36,4%) | 34 (51,5%) | |
Bercerai/berpisah | 4 (6,1%) | 6 (9,1%) | |
Janda | 6 (9,1%) | 2 (3%) | |
Jenis tumor | 0,315 | ||
Kanker payudara | 57 (86,4%) | 57 (86,4%) | |
Kanker prostat | 1 (1,5%) | 4 (6,1%) | |
Kanker paru-paru | 1 (1,5%) | — | |
Kanker kepala dan leher | 2 (3%) | 1 (1,5%) | |
Kanker Rahim | — | 1 (1,5%) | |
Limfoma | — | 2 (3%) | |
Kanker usus besar | 1 (1,5%) | — | |
Operasi sebelum terapi radiasi | 0.104 | ||
Ya | 26 (39,4%) | 36 (54,5%) | |
TIDAK | 34 (51,1%) | 26 (39,4%) | |
Tahap kanker | 0.112 | ||
angka 0 | 6 (9,2%) | 2 (3,3%) | |
1 | 42 (64,6%) | 35 (57,4%) | |
2 | 10 (15,4%) | 14 (23%) | |
3 | 5 (7,7%) | 8 (13%) | |
4 | 3 (3,1%) | 3 (3,3%) | |
indeks karnofsky | 0.697 | ||
75 | 3 (4,5%) | 4 (6,1%) | |
95 | 56 (84,8%) | 55 (83,3%) | |
Kemoterapi | 0.182 | ||
Ya | 25 (43,1%) | 16 (30,8%) | |
TIDAK | 33 (56,9%) | 36 (69,2%) | |
Penyakit penyerta | 0.602 | ||
Ya | 30 (45,5%) | 30 (45,5%) | |
TIDAK | 36 (54,5%) | 36 (54,5%) | |
Sejarah keluarga | 0.684 | ||
Ya | 41 (62,1%) | 45 (68,2%) | |
TIDAK | 18 (27,3%) | 15 (22,7%) | |
Tidak tahu | 1 (1,5%) | 2 (3%) |
Untuk memastikan bahwa karakteristik sampel cukup mirip antar kelompok, beberapa perbandingan dilakukan menggunakan uji chi-square dan uji t sampel independen untuk membandingkan kedua kelompok (PO vs. non-PO). Kedua kelompok ditemukan serupa dalam hal usia, jenis kelamin, tahun pendidikan, dan status keluarga. Kedua kelompok juga ditemukan serupa dalam latar belakang klinis: jenis dan stadium tumor, operasi pengangkatan, kemoterapi, KPS, jumlah perawatan radiasi, riwayat kanker dalam keluarga, dan penyakit penyerta lainnya.
Gejala klinis depresi dan kecemasan didefinisikan sebagai skor total >9 pada subskala depresi dan >7 pada subskala kecemasan, masing-masing (Annunziata et al. 2020 ). Prevalensi gejala depresi di antara semua pasien pada T1 adalah 8,5% dan pada T3, 10,2%. Gejala klinis depresif lebih prevalen pada kelompok PO pada T1 (13,6%) dibandingkan pada kelompok non-PO (1,5%). Gejala depresif juga lebih prevalen pada kelompok PO pada T3 (kelompok PO 16,2%, kelompok non-PO 0%). Prevalensi gejala klinis kecemasan di antara semua pasien pada T1 adalah 42,3% dan pada T3, 34,1%. Gejala kecemasan lebih prevalen pada kelompok PO pada T1 (50%) dibandingkan pada kelompok non-PO (34,8%). Gejala kecemasan lebih menonjol pada kelompok PO pada T3 dibandingkan pada kelompok non-PO (kelompok PO 37,8%; kelompok non-PO 27,9%).
3.1.1 Analisis Awal
Pertama, dua MANOVA dilakukan dengan kelompok (kelompok PO vs. kelompok non-PO) yang berfungsi sebagai variabel independen. Dalam MANOVA pertama, variabel dependen adalah variabel yang diukur pada awal perawatan RT (T1 dan T2): kecemasan, depresi, dan kepuasan hidup pada T1 dan dukungan sosial yang dirasakan pada T2. Dalam MANOVA kedua, variabel dependen adalah variabel yang diukur pada akhir perawatan RT (T3): kecemasan, depresi, dan kepuasan hidup pada T3.
MANOVA pertama menghasilkan efek utama untuk kelompok, F (4, 95) = 3,91, p = 0,006, η ² parsial = 0,141. Nilai rata-rata, SD, dan skor F dari analisis univariat disajikan dalam Tabel 2. Seperti yang diharapkan, pasien yang menginginkan intervensi PO melaporkan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi pada T1 dibandingkan pasien yang tidak menginginkan intervensi PO. Namun, secara tidak terduga, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara kelompok mengenai kepuasan hidup pada T1 atau dukungan sosial yang dirasakan.
Variabel | PO | Bukan PO | F(1, 98) | Sebagian ƞ ² |
---|---|---|---|---|
Kecemasan T1 | ||||
M | 1.07 | 0,85 | 4.60 * | 0,045 pukul 0,045 |
SD | 0.52 | 0.49 | ||
Depresi T1 | ||||
M | 0,77 | 0.44 | 31.22 ** | 0.119 |
SD | 0.52 | 0,35 | ||
Kepuasan T1 | ||||
M | 5.44 | 5.71 | 2.08 | 0,021 |
SD | 0,97 | 0,89 | ||
Dukungan sosial | ||||
M | 5.72 | 6.06 | 3.50 | 0,034 tahun |
SD | 1.00 | 0.74 |
* P < 0,05; ** p <0,01.
MANOVA kedua menghasilkan efek utama untuk kelompok, F (3, 76) = 5,08, p = 0,003, η ² parsial = 0,167. Nilai rata-rata, SD, dan skor F dari analisis univariat disajikan dalam Tabel 3. Seperti yang diharapkan, pasien yang menginginkan intervensi PO melaporkan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi pada T3 dibandingkan pasien yang tidak menginginkan intervensi PO. Namun, secara tidak terduga, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara kelompok terkait kepuasan hidup.
Variabel | PO | Bukan PO | F (1, 78) | Sebagian ƞ ² |
---|---|---|---|---|
Kecemasan T3 | ||||
M | 1.03 | 0,78 | Jam 4.30 * | 0,052 |
SD | 0,59 | 0.48 | ||
Depresi T3 | ||||
M | 0.73 | 0.36 | 13.65 ** | 0,149 |
SD | 0.56 | 0.31 | ||
Kepuasan T3 | ||||
M | 5.74 | 5.86 | 0,35 | 0,004 tahun |
SD | 1.09 | 0.72 |
* nilai p < 0,05; ** p <0,01.
Korelasi Pearson antara ukuran penelitian dihitung, mengungkapkan bahwa sementara kecemasan dan depresi pada kedua titik waktu (T1 dan T3) berkorelasi positif, kepuasan hidup pada kedua titik waktu berkorelasi negatif dengan kecemasan dan depresi pada kedua titik waktu. Dukungan sosial yang dirasakan berkorelasi positif dengan kepuasan hidup pada T1 dan T3 dan berkorelasi negatif dengan depresi pada T3, tetapi tidak dengan depresi pada T1 dan tidak dengan kecemasan pada kedua titik waktu. Adapun variabel demografi, usia ditemukan berkorelasi positif dengan depresi pada T1 dan dengan jumlah perawatan RT. Stadium kanker tidak terkait dengan variabel apa pun. Hasil statistik deskriptif dan analisis korelasi di antara ukuran penelitian disajikan dalam Tabel 4 .
Variabel | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
— | 0,50 ** | -0,41 ** | 0,77 ** | 0,54 ** | -0,41 ** | -0,05 | 0,20 * | -0,09 | -0,07 * |
|
— | -0,36 ** | 0,37 ** | 0,70 ** | -0,41 * | -0,12 | 0,24 ** | 0,02 | -0,02 | |
|
— | -0,25 * | -0,34 ** | 0,79 ** | 0,37 ** | -0,10 | -0,01 | -0,09 | ||
|
— | 0,65 ** | -0,41 ** | -0,13 | 0.11 | 0,07 | 0,01 | |||
|
— | -0,54 ** | -0,31 ** | 0,15 | -0,07 | 0,01 | ||||
|
— | 0,39 ** | -0,12 | 0,02 | -0,05 | |||||
|
— | -0,10 ** | -0,09 | -0,05 | ||||||
|
— | 0,04 | -0,24 ** | |||||||
|
— | -0,05 | ||||||||
|
— | |||||||||
M | 3.61 | 2.69 | 4.91 | 2.81 | 1.82 | 5.14 | 3.95 | 60.58 | tanggal 15.03 | tanggal 21.09 |
SD | 1.17 | 1.15 | 1.28 | 1.12 | 1.08 | 1.28 | 0.66 | 10.79 | 3.40 | 10.68 |
* nilai p < 0,05; ** p <0,01.
3.1.2 Faktor Prediktor Kecemasan, Depresi, dan Kepuasan Hidup Pasien
Untuk menguji apakah kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan memprediksi kecemasan, depresi, dan kepuasan hidup pada T3, tiga regresi hierarkis ganda dilakukan, satu untuk setiap variabel dependen. Semua variabel kontinu distandarisasi menggunakan transformasi Z sebelum analisis.
3.2 Faktor Prediktor Kecemasan
Untuk menguji apakah kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan memprediksikan kecemasan pada T3 melebihi tingkat kecemasan pada T1, regresi hierarkis berganda dilakukan dengan tingkat kecemasan pada T3 sebagai variabel kriteria. Langkah 1 menguji efek langsung dari variabel demografi dan klinis (usia, jenis kelamin, dan jumlah perawatan RT) dan tingkat kecemasan pada T1. Langkah 2 menambahkan kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan. Langkah 3 menambahkan istilah interaksi antara kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan. Data ditunjukkan pada Tabel 5 .
B | Langkah 1 | Langkah 2 | Langkah 3 |
---|---|---|---|
Usia pasien | 0,08 | 0,06 | 0,05 |
Jenis kelamin pasien | 0,08 | 0,07 | 0,08 |
Jumlah perawatan RT | 0,06 | 0,06 | 0,04 |
Kecemasan T1 | 0,76 ** | 0,75 ** | 0,73 ** |
Dukungan sosial | -0,09 | -0,07 | |
Grup PO | 0,04 | 0,04 | |
Dukungan sosial * Kelompok PO | -0,15 | ||
R ² | 0,575 tahun | 0,585 tahun | 0.606 |
Model p | 0.000 | 0.000 | 0.000 |
* nilai p < 0,05; ** p <0,01.
Tahap 1 menunjukkan efek utama pada tingkat kecemasan pada T1. Tahap 2 juga menunjukkan hubungan positif antara tingkat kecemasan pada T1 dan tingkat kecemasan pada T3. Tahap 3 tidak menghasilkan hasil yang signifikan untuk efek interaksi antara kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan pada tingkat kecemasan pada T3, di luar tingkat kecemasan pada T1. Dengan demikian, hasilnya tidak mendukung hipotesis mengenai peran moderasi kelompok PO dalam hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dan tingkat kecemasan pada T3.
3.3 Prediktor Depresi
Untuk menguji apakah kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan memprediksi depresi pada T3 melampaui tingkat depresi pada T1, regresi hierarkis berganda dilakukan dengan tingkat depresi pada T3 sebagai variabel kriteria. Langkah 1 menguji efek langsung dari variabel demografi (usia, jenis kelamin, dan jumlah perawatan RT) dan tingkat depresi pada T1. Langkah 2 menambahkan kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan. Langkah 3 menambahkan istilah interaksi antara kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan. Data ditunjukkan pada Tabel 6 .
B | Langkah 1 | Langkah 2 | Langkah 3 |
---|---|---|---|
Usia pasien | 0,04 | 0,01 | -0,01 |
Jenis kelamin pasien | 0,07 | 0,06 | 0,06 |
Jumlah perawatan RT | -0,06 | -0,06 | -0,07 |
Depresi T1 | 0,74 ** | 0,68 ** | 0,65 ** |
Dukungan sosial | -0,21 * | 0,19 * | |
Grup PO | 0.10 | 0.11 | |
Dukungan sosial * Kelompok PO | -0,17 * | ||
R ² | 0,549 tahun | 0.605 | 0.632 |
Model p | 0.000 | 0.000 | 0.000 |
* nilai p < 0,05; ** p <0,01.
Data Tahap 1 menunjukkan efek utama pada tingkat depresi pada T1. Tahap 2 menunjukkan hubungan negatif antara dukungan sosial yang dirasakan dan tingkat depresi pada T3, dan hubungan positif antara tingkat depresi pada T1 dan tingkat depresi pada T3. Tahap 3 menunjukkan bahwa interaksi antara kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan memiliki efek signifikan pada tingkat depresi pada T3, melampaui tingkat depresi pada T1, sehingga mendukung hipotesis mengenai peran moderasi kelompok PO dalam hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dan tingkat depresi pada T3.
3.4 Prediktor Kepuasan Hidup
Untuk menguji apakah kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan memprediksi kepuasan hidup pada T3 melampaui tingkat kepuasan hidup pada T1, regresi hierarkis berganda dilakukan dengan tingkat kepuasan hidup pada T3 sebagai variabel kriteria. Langkah 1 menguji efek langsung dari variabel demografi (usia, jenis kelamin, dan jumlah perawatan RT) dan tingkat kepuasan hidup pada T1. Langkah 2 menambahkan kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan. Langkah 3 menambahkan istilah interaksi antara kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan. Data ditunjukkan pada Tabel 7 .
B | Langkah 1 | Langkah 2 | Langkah 3 |
---|---|---|---|
Usia pasien | -0,02 | -0,01 | .02 |
Jenis kelamin pasien | -0,01 | -0,01 | -0,03 |
Jumlah perawatan RT | -0,02 | -0,01 | .02 |
Kepuasan hidup T1 | 0,78 ** | 0,74 ** | 0,78 ** |
Dukungan sosial | 0.12 | 0,06 | |
Grup PO | 0,01 | 0,01 | |
Dukungan sosial * Kelompok PO | 0,27 ** | ||
R ² | 0.612 | 0.627 | 0.705 |
Model p | 0.000 | 0.000 | 0.000 |
* nilai p < 0,05; ** p <0,01.
Data Tahap 1 menunjukkan efek utama untuk tingkat kepuasan hidup pada T1. Tahap 2 menunjukkan hubungan positif antara tingkat kepuasan hidup pada T1 dan tingkat kepuasan hidup pada T3. Tahap 3 menunjukkan bahwa interaksi antara kelompok PO dan dukungan sosial yang dirasakan memiliki efek signifikan pada tingkat kepuasan hidup pada T3, melampaui tingkat kepuasan hidup pada T1, sehingga mendukung hipotesis mengenai peran moderasi kelompok PO dalam hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dan tingkat kepuasan hidup pada T3.
3.4.1 Pengujian Model Moderasi
Untuk menguji apakah PO memoderasi hubungan antara dukungan sosial dan depresi serta antara dukungan sosial dan kepuasan hidup, dua model moderasi diuji (satu untuk masing-masing sebagai variabel independen) menggunakan PROCESS 3.4 (Model Perintah 1) (Hayes 2018 ). Istilah interaksi dihitung menggunakan pemusatan rata-rata. Kecemasan tidak diuji sebagai variabel dependen, karena hasil regresi tidak menghasilkan interaksi yang signifikan.
Pada model pertama, dukungan sosial berperan sebagai variabel bebas, tingkat depresi pada T3 sebagai variabel terikat, dan kelompok PO sebagai variabel moderasi. Tingkat depresi pada T1 dimasukkan sebagai kovariat. Model menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan negatif dengan tingkat depresi pada T3 sehingga dukungan sosial yang tinggi dikaitkan dengan tingkat depresi yang rendah, b = -0,09, SE = 0,04, t = -2,08, p = 0,040, 95% CI = [-0,1768, -0,0034]. Kelompok PO tidak berhubungan signifikan dengan depresi, b = 0,14, SE = 0,08, t = 1,76, p = 0,083, 95% CI = [-0,0185, 0,2914]. Seperti yang diharapkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok PO secara signifikan memoderasi hubungan antara dukungan sosial dan depresi, b = −0,18, SE = 0,08, t = −2,09, p = 0,040, 95% CI = [−0,3503, 0,0080]. Analisis efek moderasi mengindikasikan bahwa sementara hubungan antara dukungan sosial dan tingkat depresi pada T3 (di luar tingkat depresi pada T1) tidak signifikan untuk kelompok non-PO, b = -0,01, SE = 0,06, t = -0,13, p = 0,985, 95%, CI = [-0,1353, 0,1186], hubungannya secara signifikan negatif untuk kelompok PO, b = -0,19, SE = 0,06, t = -3,26, p = 0,002, 95% CI = [-0,3024, -0,0727]). Dengan kata lain, dukungan sosial berhubungan negatif dengan tingkat depresi pada T3 hanya bagi mereka yang menginginkan intervensi PO tetapi tidak bagi mereka yang tidak menginginkan bantuan tersebut (kelompok non-PO) di luar tingkat depresi pada T1, seperti yang digambarkan dalam Gambar 1 .

Pada model kedua, dukungan sosial berperan sebagai variabel bebas, tingkat kepuasan hidup pada T3 sebagai variabel terikat, dan kelompok PO sebagai variabel moderasi. Tingkat kepuasan hidup pada T1 dimasukkan sebagai kovariat. Model menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak berhubungan secara signifikan dengan tingkat kepuasan hidup pada T3 (di luar tingkat kepuasan hidup pada T1), b = -0,01, SE = 0,13, t = -0,08, p = 0,674, 95% CI = [-0,1406, 0,2159]. Kelompok PO tidak berhubungan secara signifikan dengan kepuasan hidup, b = 0,14, SE = 0,08, t = 1,76, p = 0,938, 95% CI = [-0,2814, 0,2602]. Namun, seperti yang diharapkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok PO secara signifikan memoderasi hubungan antara dukungan sosial dan kepuasan hidup, b = 0,63, SE = 0,16, t = 3,96, p < 0,001, 95% CI = [0,3100, 0,9422]. Analisis efek moderasi menunjukkan bahwa sementara hubungan antara dukungan sosial dan tingkat kepuasan hidup pada T3 (di luar tingkat kepuasan hidup pada T1) tidak signifikan untuk kelompok non-PO, b = −0,248, SE = 0,13, t = −1,93, p = 0,057, 95%, CI = [−0,5036, 0,0081], hubungannya secara signifikan positif untuk kelompok PO, b = 0,378, SE = 0,11, t = 3,53, p < 0,001, 95% CI = [0,1640, 0,5926]. Dengan kata lain, dukungan sosial berhubungan positif dengan tingkat kepuasan hidup pada T3 hanya bagi mereka yang menginginkan intervensi PO tetapi tidak bagi mereka yang tidak menginginkan bantuan tersebut (kelompok non-PO), seperti yang digambarkan dalam Gambar 2 .

4 Diskusi
Tujuan dari penelitian saat ini adalah untuk menyelidiki apakah pasien yang menyatakan keinginan untuk intervensi PO di awal RT lebih cemas, lebih tertekan, dan kurang puas baik di awal maupun di akhir RT. Selain itu, kami memeriksa apakah dukungan sosial yang dirasakan akan memprediksi berkurangnya tekanan (gejala kecemasan dan depresi) dan peningkatan kepuasan hidup di akhir RT, khususnya bagi pasien yang menginginkan intervensi PO (vs. mereka yang tidak menginginkannya).
Menurut penelitian sebelumnya, pasien kanker yang menyatakan keinginan untuk intervensi psikologis mengenali tekanan emosional mereka (misalnya, Admiraal et al. 2020 ; Baker-Glenn et al. 2011 ; Bergerot et al. 2021 ). Demikian pula, dalam penelitian ini, pasien yang menginginkan intervensi PO melaporkan tingkat kecemasan dan gejala depresi yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang tidak menginginkannya. Namun, tidak ada perbedaan antara kelompok dalam hal variabel demografi atau klinis, kepuasan hidup, atau dukungan sosial yang dirasakan, yang menunjukkan bahwa perbedaan utamanya adalah tingkat tekanan mereka.
Temuan studi terkini menunjukkan bahwa keinginan untuk intervensi PO pada awal RT tidak hanya mencerminkan tekanan langsung tetapi juga tekanan terus-menerus dari waktu ke waktu. Pasien yang menginginkan intervensi PO mengalami kecemasan dan depresi yang meningkat baik pada awal maupun akhir RT, yang menekankan pentingnya identifikasi dan intervensi dini. Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan pada pasien ini tidak mungkin teratasi tanpa perhatian klinis dan dukungan berkelanjutan.
Studi sebelumnya yang dilakukan selama RT melaporkan bahwa 13%–25% pasien menyatakan keinginan untuk intervensi psikologis (Adeberg et al. 2021 ; Riedl et al. 2018 ), biasanya setelah penyaringan awal terhadap tekanan. Sebaliknya, dalam studi saat ini pasien ditanyai selama fase simulasi, sebelum perawatan, apakah mereka menginginkan intervensi psikologis. Persentase yang jauh lebih tinggi (50%) menyatakan keinginan untuk intervensi, kemungkinan dipengaruhi oleh kesempatan proaktif untuk meminta bantuan.
Hasil ini sangat menyarankan bahwa pertanyaan tertulis sederhana di awal RT dapat berfungsi sebagai ukuran efektif untuk mengetahui tingkat stres dan dapat menghilangkan kebutuhan akan proses penyaringan yang lebih rumit. Metode ini memiliki nilai prediktif untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami kecemasan dan depresi. Lebih jauh lagi, pasien sering kali lebih reseptif terhadap intervensi yang ditawarkan lebih awal dan melalui cara yang kurang langsung, seperti pendekatan tertulis atau melalui telepon, daripada interaksi tatap muka (Brebach et al. 2016 ).
Dalam studi ini, sebagian besar peserta adalah pasien kanker payudara yang menjalani terapi radiasi yang relatif singkat (sekitar 3 minggu). Banyak yang tidak menerima intervensi PO selama perawatan, yang menyoroti pentingnya mengidentifikasi faktor perlindungan, seperti dukungan sosial yang dirasakan, yang dapat mengurangi tekanan.
Konsisten dengan penelitian sebelumnya (Gonzalez-Saenz de tejada et al. 2017 ; Sayılan dan Doğan 2020 ; Zamanian et al. 2021 ), dalam studi saat ini dukungan sosial yang dirasakan berhubungan negatif dengan depresi dan berhubungan positif dengan kepuasan hidup. Namun, temuan utama dari studi ini adalah bahwa manfaat dari dukungan sosial yang dirasakan hanya signifikan bagi pasien yang menyatakan keinginan untuk intervensi PO. Bagi pasien ini, tingkat dukungan sosial yang lebih tinggi berhubungan dengan depresi yang lebih rendah dan peningkatan kepuasan hidup di akhir RT. Sebaliknya, dukungan sosial yang dirasakan tidak menunjukkan manfaat serupa bagi pasien yang tidak menginginkan intervensi PO.
Beberapa penjelasan dapat disarankan untuk kontribusi interaksi antara dukungan sosial yang dirasakan dan keinginan untuk intervensi PO terhadap depresi dan tingkat kepuasan pasien. Pertama, interaksi ini dapat menyiratkan bahwa pasien yang menginginkan intervensi PO umumnya lebih terbuka untuk menerima bantuan, proaktif dalam mengelola kesejahteraan emosional mereka, dan cenderung memanfaatkan dukungan sosial secara efektif (Bickel et al. 2022 ; Coppini et al. 2023 ; Schuit et al. 2021 ). Penjelasan kedua sejalan dengan hipotesis penyangga (Cohen dan Wills 1985 ), yang menunjukkan bahwa pasien yang mencari intervensi psikologis mengalami tekanan yang meningkat dan dengan demikian lebih diuntungkan dari efek penyangga dukungan sosial. Penjelasan lain bergantung pada “pencocokan optimal” (Cutrona 1990 ), yang mengklaim bahwa dukungan paling efektif ketika “sesuai” dengan kebutuhan individu, seperti keinginan mereka untuk mendapatkan bantuan. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan dampak negatif dari dukungan, yang menunjukkan bahwa meskipun niat keluarga, teman, dan tenaga kesehatan baik, ketersediaan dukungan mereka tidak selalu membantu, dan kadang-kadang bahkan dapat memperburuk hasil pasien karena dukungan tersebut dapat mengurangi rasa kompetensi pasien dan meningkatkan ketergantungan (Breuer et al. 2017 ; Sebri et al. 2021 ).
Dalam studi terkini, dukungan sosial yang dirasakan tidak memprediksi tingkat gejala kecemasan yang lebih rendah dari waktu ke waktu. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kecemasan selama RT sering kali berasal dari masalah langsung, seperti sesi perawatan dan efek samping (Andersen dan Tewfik 1985 ; Gillan et al. 2014 ), yang mungkin tidak ditangani secara langsung oleh dukungan sosial. Kecemasan akut mungkin memerlukan intervensi yang ditargetkan, termasuk pelatihan relaksasi, terapi berbasis kesadaran, pengobatan, atau intervensi singkat yang diberikan oleh terapis (Elsner et al. 2017 ; Forbes et al. 2023 ; Halkett et al. 2018 ).
4.1 Keterbatasan
Meskipun studi saat ini memiliki kekuatan, termasuk desain longitudinal dan prospektifnya, beberapa keterbatasan harus diperhatikan. Pertama, studi ini mengandalkan persepsi subjektif pasien tentang tingkat distres, kepuasan hidup, dan dukungan sosial yang dirasakan. Laporan diri tersebut dapat dipengaruhi oleh bias keinginan sosial (Sprangers 1996 ). Namun, bukti menunjukkan bahwa persepsi subjektif sering kali lebih prediktif terhadap hasil psikologis daripada ukuran objektif. Misalnya, dukungan yang dirasakan telah terbukti lebih bermanfaat bagi hasil kesehatan daripada dukungan yang benar-benar diterima (Barrera 2000 ; Uchino 2004 ). Dengan demikian, meskipun ukuran subjektif relevan dengan tujuan studi, penelitian di masa depan dapat meningkatkan validitas dengan menggabungkan metode non-laporan diri (Tashakkori et al. 2020 ) seperti wawancara mendalam, pendekatan observasional, atau laporan pihak ketiga dari ahli onkologi radiasi, terapis radiasi, perawat, profesional perawatan kesehatan lainnya (Arnold et al. 2021 ), atau anggota keluarga.
Kedua, ukuran sampel untuk subkelompok kanker tertentu kecil, yang mencerminkan terbatasnya populasi dalam kategori ini dalam RT. Sebagian besar peserta adalah wanita dengan kanker payudara, yang dapat membatasi generalisasi temuan untuk pria atau pasien dengan jenis kanker lain, terutama mereka yang kurang terwakili dalam penelitian.
Ketiga, penelitian ini tidak memiliki data mengenai mereka yang tidak merespons, dan tingkat partisipasinya relatif rendah karena kriteria eksklusi dan karakteristik populasi pusat radiasi, di mana banyak pasien yang tidak berbicara bahasa Ibrani. Kriteria ini mengurangi generalisasi temuan terhadap mereka yang tidak berbicara bahasa Ibrani dan populasi lainnya.
4.2 Arah Masa Depan
Penelitian di masa mendatang sebaiknya mempertimbangkan penerapan kerangka kerja psikologi positif (Casellas-Grau et al. 2014 ; Seligman 2002 ), yang berfokus pada kesejahteraan dan bukan hanya pada tekanan. Pendekatan ini dapat mengeksplorasi bagaimana kepuasan hidup dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk dukungan sosial, khususnya di antara pasien yang menyatakan keinginan untuk intervensi PO.
Studi lanjutan dapat memeriksa perbedaan antara dukungan yang dirasakan dan diterima (Lindorff 2000 ) dan menyelidiki faktor-faktor lain yang memengaruhi keputusan untuk mencari intervensi PO, seperti tingkat keparahan nyeri dan kelelahan, yang umumnya dialami oleh pasien RT (Seol et al. 2021 ). Membandingkan pasien yang menjalani RT dengan yang tidak menjalani RT juga dapat membantu menentukan apakah temuan yang diamati bersifat khusus untuk RT itu sendiri.
4.3 Implikasi Teoritis
Studi ini memberikan beberapa wawasan teoritis di bidang ini. Pertama, studi ini mengalihkan fokus dari tekanan sebagai prediktor keinginan untuk intervensi PO ke pemeriksaan apakah keinginan untuk intervensi PO memprediksi tekanan dari waktu ke waktu. Temuan ini menunjukkan bahwa penyelidikan sederhana di awal RT dapat mengidentifikasi pasien yang berisiko lebih tinggi mengalami tekanan terus-menerus. Temuan ini mungkin memiliki implikasi untuk perawatan kanker lainnya, seperti kemoterapi (Grusdat et al. 2022 ). Namun, karena studi ini dilakukan pada pasien yang menjalani radioterapi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi aspek ini dalam studi mendatang.
Kedua, dengan menggunakan model moderasi, studi ini menyoroti dampak diferensial dari dukungan sosial yang dirasakan terhadap tekanan dan kepuasan hidup di antara pasien yang menginginkan dan tidak menginginkan intervensi PO. Dengan memeriksa tekanan dan hasil kesejahteraan positif (kepuasan hidup), studi ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang pengalaman pasien selama RT. Khususnya, interaksi antara dukungan sosial yang dirasakan dan keinginan untuk intervensi PO memprediksikan penurunan depresi dan peningkatan kepuasan hidup, yang menggarisbawahi kekokohan temuan ini di seluruh hasil positif dan negatif.
4.4 Implikasi Klinis
Skrining untuk gangguan psikologis merupakan praktik standar dalam onkologi (Coppini et al. 2023 ). Namun, skrining yang konsisten sering kali terhambat oleh keterbatasan waktu dan sumber daya kesehatan mental, khususnya selama durasi RT yang singkat (Adeberg et al. 2021 ). Temuan studi ini menunjukkan bahwa satu pertanyaan langsung di awal RT dapat berfungsi sebagai alat yang efektif untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko, sehingga memungkinkan pemantauan dan intervensi proaktif. Pendekatan ini berbeda dengan metode reaktif yang berfokus pada rujukan pasien hanya setelah gejala gangguan yang signifikan muncul (O’Hea et al. 2016 ).
Intervensi PO mungkin sangat relevan bagi pasien kanker di berbagai modalitas pengobatan dan sepanjang perjalanan penyakit. Mengingat bahwa RT sering kali merupakan kesempatan terakhir bagi pasien untuk menerima dukungan psikologis (yaitu, RT sering kali diberikan sebagai intervensi onkologis terakhir atau merupakan satu-satunya pengobatan bagi pasien kanker) sebelum beralih ke pemulihan di rumah (Guo et al. 2013 ), profesional perawatan kesehatan harus memprioritaskan mengidentifikasi pasien dengan dukungan sosial yang dirasakan rendah yang menyatakan keinginan untuk intervensi PO. Pasien-pasien ini tampaknya berisiko lebih besar mengalami kepuasan hidup yang berkurang dan peningkatan depresi pada akhir pengobatan. Selain itu, meningkatkan persepsi dukungan yang tersedia dari berbagai sumber—keluarga, teman, dan profesional perawatan kesehatan—dapat mengimbangi, sampai batas tertentu, tidak adanya intervensi PO profesional.
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya hubungan interpersonal untuk kesehatan dan kesejahteraan (Feeney dan Collins 2015 ; Pietromonaco dan Collins 2017 ) dan menyoroti perlunya mengintegrasikan perspektif psikologi sosial-kesehatan (Taylor 2011 ) ke dalam praktik PO selama RT (Schulze et al. 2022 ).